BPBD Yogyakarta memetakan bantaran sungai belum miliki KTB

id sungai

BPBD Yogyakarta memetakan bantaran sungai belum miliki KTB

Sungai. (Foto : Eddy Abdillah)

Yogyakarta (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta akan melakukan penyisiran untuk memetakan seluruh bantaran sungai di kota tersebut yang belum memiliki kampung tangguh bencana sebagai salah satu bentuk kesiapsiagaan masyarakat menghadapi berbagai bencana.

“Kami akan sisir lagi. Mungkin saja, masih ada wilayah di bantaran sungai yang belum masuk sebagai bagian dari kampung tangguh bencana,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Yogyakarta, Hari Wahyudi di Yogyakarta, Rabu.

Hingga saat ini, sudah ada lebih dari 100 kampung tangguh bencana (KTB) di Kota Yogyakarta dari target pembentukan 115 KTB hingga akhir tahun. Seluruh KTB juga dilengkapi dengan peralatan penanganan bencana, seperti gergaji mesin dan pompa air.

Menurut dia, keberadaan kampung tangguh bencana sangat membantu BPBD Kota Yogyakarta untuk mendorong peningkatan kewaspadaan dan ketangguhan masyarakat saat menghadapi serta menanggulangi bencana yang berpotensi muncul.

Menjelang musim hujan, lanjut Hari bencana yang berpotensi muncul diantaranya adalah angin kencang, hujan lebat ekstrim, luapan air sungai, hingga longsor.

“Seluruh bantaran sungai di Kota Yogyakarta berpotensi mengalami luapan air sungai sehingga perlu dilakukan upaya antisipasi dan yang penting meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat,” katanya.

Sungai yang melintas di Kota Yogyakarta adalah Code, Winongo, Gajah Wong dan Manunggal.

Salah satu tindakan mudah yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mengantisipasi luapan air sungai adalah dengan tidak membuang sampah sembarangan.

”Selain disebabkan tingginya curah hujan dari hulu, luapan air sungai saat hujan juga bisa disebabkan banyaknya sampah yang masuk ke sungai. Dengan menjaga alam, maka alam akan menjaga kita,” jelasnya.

Selain luapan air sungai, angin kencang disertai hujan dengan intensitas lebat juga berpotensi terjadi saat pancaroba. “Masyarakat yang memiliki pohon rimbun bisa segera memangkasnya agar pohon tidak mudah tumbang. Jika tidak mampu memangkas, maka bisa menghubungi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) atau pihak berwenang lain,” terangnya.

Hari pun menyebut jika KTB juga rutin mengingatkan masyarakat untuk memperhatikan kondisi pohon maupun kondisi lingkungan mereka menjelang musim hujan.

Wilayah di Kota Yogyakarta yang rawan mengalami bencana angin kencang, lanjut Hari berada di Yogyakarta bagian Timur. “Dari catatan bencana dalam beberapa tahun terakhir, angin kencang pernah terjadi di sekitar Sapen, dan GL Zoo,” tambahnya.

Sebelumnya, Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta, Etik Setyaningrum mengatakan, awal musim hujan diperkirakan terjadi pada November dasarian pertama hingga ketiga, namun Sleman bagian Barat dan Kulon Progo mengalami musim hujan lebih cepat yaitu pada akhir Oktober, dan puncak musim hujan akan terjadi pada Januari sampai Februari 2020.

Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024