Warga terdampak tanam bibit durian dan alpukat di sabuk hijau Bendungan Bener

id bendungan

Warga terdampak tanam bibit durian dan alpukat di sabuk hijau Bendungan Bener

Penanaman bibit pohon durian dan alpukat di sabuk hijau Bendungan Bener (ANTARA/HO-BBWOP)

Yogyakarta (ANTARA) - Warga terdampak pembangunan Bendungan Bener yang membentang dari Purworejo hingga Wonosobo, Jawa Tengah, melakukan penanaman bibit pohon durian dan alpukat di sabuk hijau Bendungan Bener yang memiliki total luasan sebesar 84 hektare.

Luasan ini secara keseluruhan mampu menampung total sebanyak 25.000 bibit pohon buah. Dengan 1 pohon durian dan alpukat dalam sekali panen diperkirakan menghasilkan Rp1,5 juta hingga Rp2 juta. Warga Bendungan Bener dalam beberapa tahun mendatang mengejar penghasilan total Rp50 miliar setahun.

Komarudin, Ketua Koperasi Tirto Mulyo Bogowonto (TMB), koperasi tani yang beranggotakan masyarakat terdampak di Bendungan Bener, mengatakan penanaman pertama atau "pilot project" yang dilakukan pada Rabu (20/4) di Desa Burat, Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo.

"Jumlah bibit pohonnya 150 bibit, terdiri atas 70 persen durian dan 30 persen alpukat. Kami akan terus tambah bersama dengan penambahan anggota koperasinya. Sekarang anggota koperasi baru 45 dari total kira-kira 5.000 warga terdampak," katanya.

"Yang penting dimulai dulu, untuk tunjukkan bahwa sabuk hijau bendungan ini bisa menambah penghasilan kami," kata Komarudin dalam forum diskusi pengembangan koperasi warga terdampak Bendungan Bener yang berlangsung Sabtu melalui platform zoom.

Ia mengatakan sudah beberapa waktu mendiskusikan masalah pemanfaatan sabuk hijau bagi kesejahteraan warga terdampak dengan pemerintah, dan pada Rabu (20/4) terbukti bantuan bibit durian dan alpukat terbaik bisa turun.

"Yang kami inginkan ya seperti ini, kerja sama pemerintah dan warga yang baik. Kelak tiga atau empat tahun ke depan sabuk hijau ini akan menghasilkan buah-buahan dengan kualitas unggul. Kelak sabuk hijau Bendungan Bener ini akan menjadi kawasan agrowisata dengan buah-buahan unggulan yang ditanam secara organik, sehingga kelak akan menghasilkan buah-buahan sehat," katanya.

Rencana sabuk hijau Bendungan Bener seluas 84 hektare ini meliputi Kabupaten Wonosobo dan Purworejo yang kebanyakan berada di Kabupaten Wonosobo sebagai hulunya, seluas hampir 44 hektare.

Pada kesempatan yang sama, Perwakilan Balai Besar Wilayah Opak dan Progo, yang sekaligus Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Konstruksi Bendungan Bener, Yushar Yahya mengatakan Balai Besar Wilayah Sungai Opak dan Progo memang menerapkan prinsip partisipasi masyarakat terdampak mencanangkan penanaman pohon bernilai ekonomis yang kelak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.

Kerja sama dengan Koperasi TMB dalam proses penanaman pohon yang bernilai ekonomis, menurutnya, sejalan dengan arahan Menteri PUPR untuk melakukan pembangunan dengan berlandaskan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan yang yang berkelanjutan.

Yushar mengatakan penanaman pohon di sabuk hijau dengan melibatkan masyarakat terdampak yang membentuk satu badan usaha koperasi yang nanti jadi mitra dalam pengelolaan adalah sesuatu yang baru.

Hadirnya penanaman sabuk hijau dari awal dengan pelibatan masyarakat terdampak dengan pengelolaan berbasis usaha bersama, menurut dia, menjadi contoh bahwa pemerintah sangat "concern" pada usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar Proyek Strategis Nasional Bendungan Bener.

"Dan target kita sabuk hijau Bendungan Bener ini akan menjadi kawasan agrowisata dengan buah-buahan unggulan yang ditanam secara organik, sehingga kelak akan menghasilkan buah-buahan sehat," kata Yushar.

Hal itu, menurut dia, sejalan dengan harapan bahwa daerah penyangga Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Prioritas Borobudur di mana Bendungan Bener menjadi salah satu penyangganya, akan menjadi daerah destinasi wisata baru dengan konsep "eco tourism" dan "wellness tourism" (wisata kebugaran).

Selain menanam pohon buah-buahan dengan perlakuan organik untuk menghasilkan buah sehat dari jajaran pegunungan menorah. Ke depan koperasi juga akan bekerja sama dengan Dinas Pertanian Perkebunan Provinsi Jawa Tengah akan dilakukan penanaman tanaman sela dengan memperbanyak penanaman rempah-rempah penghasil jamu-jamu tradisional.

Sementara dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah akan memanfaatkan hasil hutan non-kayu, seperti membuat peternakan lebah maupun pembuatan minyak esensial dari hasil penyulingan.

"Sementara untuk penguatan kelembagaan dan pemasaran akan dibantu dinas Koperasi UKM dan Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah. Sistemnya nanti akan bertahap menggantikan tanaman hutan produksi seperti mahoni, sengon dan lain-lain yang sekarang ada," kata Yushar.