Peternak Bantul kembangkan pakan dari kulit kacang

id peternak unggas

Peternak Bantul kembangkan pakan dari kulit kacang

Ilustrasi, kulit kacang sebagai pakan ternak unggas (Foto ANTARA/Silverius Guntur)

Bantul (ANTARA Jogja) - Kelompok peternak unggas di Pedukuhan Tegal Dowo, Desa Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengembangkan pembuatan pakan ternak dari kulit kacang sehingga selain untuk memenuhi keperluan sendiri, sebagian dijual.

"Ide awalnya muncul pada akhir 2010 karena harga pakan yang semakin mahal, sehingga perlu ada alternatif dengan memproduksi pakan sendiri," kata Ketua Kelompok Peternak Unggas Mandiri Jumadi di Bantul, Kamis.

Menurut dia, pakan ternak dari kulit kacang yang diolah dengan campuran biji jagung, tepung undur-undur (binatang laut kecil) ini selain dimanfaatkan untuk pakan unggas yang dikelola kelompok juga dipasarkan ke peternak lain.

"Dengan pengembangan pakan ini kelompok jadi lebih mudah memberi pakan ternak tanpa harus membeli, bahkan bisa menperoleh penghasilan tambahan dari hasil penjualan," katanya.

Ia mengatakan, proses pembuatan pakan dimulai dari proses penepungan dari kulit kacang, jagung dan undur-undur n kemudian dicampur dan digiling dalam mesin sesuai dengan permintaan.

"Proses pembuatannya memang sederhana, apalagi saat ini sudah ada mesin pengolahan bantuan dari pemerintah pusat melalui Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertahut) Bantul," katanya.

Mengenai bahan baku pihaknya menyatakan tidak kesulitan karena bisa didatangkan dari pengepul kulit kacang seharga Rp400 sampai Rp500 per kilogram, katul dari gilingan keliling Rp2.000 per kilogram, biji jagung Rp4.000 ribu per kilogram.

Menurut dia, pakan tersebut dijual dengan harga Rp4000 per kilogram untuk pakan biasa, sementara pakan berbentuk butiran padat dijual Rp5.000 per kilogram.

"Kapasitas produksi per hari bisa satu kuintal, dengan produksi itu kebutuhan pakan masih bisa tercukupi sendiri," katanya.

Ia mengatakan harga pakan ternak tersebut menurutnya lebih murah dibanding pakan yang dijual dipasaran sebesar Rp7.000 per kilogram.

"Kendala belum ada, hanya saja bahan baku terkadang harganya naik," katanya.

(KR-HRI)