SDAEM kesulitan atur harga elpiji di pengecer

id elpiji

SDAEM kesulitan atur harga elpiji di pengecer

Pengecer gas elpiji (Foto: Antara/dok)

Sleman, (Antara Jogja) - Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak memiliki kewenangan untuk mengatur harga elpiji ukuran 3 kilogram di tingkat pengecer yang mencapai Rp18.000 atau di atas harga eceran tertinggi.

"Memang kami menerima laporan bahwa harga elpiji di tingkat pengecer berada di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp15.500. Namun kami tidak memiliki kewenangan untuk mengatur harga di tingkat pengecer. Kami hanya bisa mengimbau masyarakat untuk membeli elpiji di pangkalan gas dengan harga sesuai HET," kata Kepala Seksi Pengembangan Energi, Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral (SDAEM) Kabupaten Sleman Purwoko Suryatmanto, Selasa.

Ia mengatakan hingga kini SDAEM Kabupaten Sleman masih menunggu pemetaan dari Pertamina untuk menambah jumlah pangkalan elpiji di Sleman.

"Dengan adanya panambahan pangkalan, diharapkan warga tidak lagi membeli elpiji di penjual eceran. Saat ini Pemkab Sleman sedang mengajukan 30 pangkalan baru," katanya.

Menurut dia, di Sleman saat ini terdapat 17 agen elpiji bersubsidi yang didistribusikan ke 1.365 pangkalan. Dimana setiap pangkalan di masing-masing kecamatan berbeda.

"Kami akan menempatkan pangkalan baru tersebut nantinya di wilayah-wilayah seperti Moyudan, Minggir, Seyegan dan Kalasan," katanya.

Purwoko mengatakan, saat ini Pertamina mengeluarkan kebijakan baru dengan mengalokasikan 50 persen gas dari pangkalan langsung ke pelanggan sedangkan sisanya ke pengecer.

"Jadi bila ada pangkalan yang menyalahi aturan, tinggal dilihat saja kontrak karyanya dengan Pertamina," katanya.

Belum terealisasinya penambahan pangkalan gas bersubsidi 3 kilogram menyebabkan harga gas yang dibeli masyarakat lebih tinggi dari HET yang telah ditetapkan Pertamina sebesar Rp15.500.

Seperti yang dialami salah seorang warga Margoagung, Seyegan, Sleman, Edang yang membeli elpiji subsidi seharga Rp18.000. Harga tersebut dibeli dari pengecer atau toko klontong yang sudah menjadi langganan.

"Saya biasa mendapatkan gas tiga kilogran dengan harga Rp18.000, sudah sejak beberapa waktu lalu," katanya.

Namun meski harga yang diperolah lebih tinggi dari HET, dia mengaku tidak terlalu mempersoalkan. Sebab yang terpenting, dirinya bisa mendapatkan gas untuk memenuhi kebutuhan dapur.

"Kalau harus membeli ke pangkalan jaraknya jauh dari rumah, tidak masalah lebih mahal sedikit, yang penting stok ada," katanya.***1***

(V001)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024