Peneliti: kelompok usaha masyarakat dikembangkan dari dasawisma

id Batik

Peneliti: kelompok usaha masyarakat dikembangkan dari dasawisma

Pelatihan membatik di Kelompok Batik Sekar Jatimas, Balecatur, Gamping, Sleman. (Foto istimewa)

Sleman (Antaranews Jogja) - Peneliti pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Dr Hempri Suyatna menilai kelompok usaha masyarakat dapat dikembangkan dari lingkungan terkecil seperti Kelompok Dasa Wisma.

"Pengembangan usaha kelompok dapat dimulai dari lingkungan terkecil, seperti ibu-ibu dalam Kelompok Dasa Wisma dengan mengembangkan potensi yang ada di lingkungan setempat," kata Hempri Suyatna, di Sleman, Sabtu.

Menurut dia, model-model pengembangan usaha kelompok ini diharapkan dapat bermanfaat untuk membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga, lingkungan, dan masyarakat yang lebih luas lagi.

"Tidak harus dengan modal besar, namun yang diperlukan adalah komitmen bersama untuk mengawali dan mengembangkan usaha bersama," katanya lagi.

Ia mencontohkan, model pengembangan usdaha kelompok yang dilakukan oleh Kelompok Batik Sekar Jatimas di Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta awalnya di lingkungan perumahan dan mampu mengajak masyarakat di luar perumahan untuk mengembangkan usaha bersama.

"Kelompok Batik Sekar Jatimas ini dapat dijadikan spirit untuk pengembangan usaha di lingkungan maupun UKM di masyarakat. Kelompok ini dengan komitmen anggota dan modal seadanya mampu mengembangkan usaha yang bermanfaat untuk keluarga, lingkungan, dan bahkan juga turut melestarikan budaya bangsa," katanya pula.

Ketua Kelompok Batik Sekar Jatimas Lina Marlina mengatakan kelompok batik ini dibentuk atas komitmen bersama ibu-ibu anggota Dasawisma di Perumahan Jatimas Permai yang mengisi kegiatan dengan berlatih membatik bersama secara autodidak.

"Kuat komitmen tersebut ternyata mampu menarik ibu-ibu di luar Dasa Wisma untuk bergabung dan membentuk Kelompok Batik Sekar Jatimas pada 29 Desember 2013 lengkap dengan kepengurusannya, dengan jumlah anggota 20 orang. Komitmen tersebut mampu menumbuhkan swadaya anggota untuk mengumpulkan modal kerja, baik berupa peralatan produksi maupun bahan baku (kain yang dibatik), sehingga mampu berproduksi secara berkesinambungan," kata dia.

Ia mengatakan Batik Sekar Jatimas memperoleh pembinaan Pengembangan Jiwa Kewirausahaan dari Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta melalui kegiatan pengabdian masyarakat dari LPPM UGM Yogyakarta, sehingga mampu menyusun visi dan misi.

Sedangkan untuk pengembangan kelembagaan usaha didukung kegiatan pengabdian masyarakat dari LPPM UGM.

Dukungan dari Dekranasda Kabupaten Sleman, katanya, juga memberikan kesempatan empat orang anggota untuk mengikuti pelatihan membatik yang diselenggarakan Dekranasda.

"Setelah berjalan satu tahun, Kelompok Batik Sekar Jatimas mulai mengakses berbagai fasilitasi pembinaan dari Pemkab Sleman, seperti melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Kabupaten Sleman," katanya.

Menurut dia, komitmen bersama semua anggota terhadap tujuan menjadi modal dasar yang sangat penting. Kelompok Batik Sekar Jatimas dibentuk atas komitmen bersama ibu-ibu anggota Dasa Wisma di Perumahan Jatimas Permai yang mengisi kegiatan dengan berlatih membatik bersama secara autodidak.

"Upaya peningkatan kapasitas jangka pendek tidak dapat mengandalkan dukungan pemerintah, karena harus melalui pengusulan T-1, dan tergantung dengan komitmen desa dalam mengakomodasi pengembangan potensi di wilayahnya," katanya pula.

Dalam operasionalnya Kelompok Batik Sekar Jatimas belum mengakses modal dari sektor perbankan. Penguatan pendanaan dilakukan dengan mengakses Dana Penguatan Modal dari Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Dinas P3P2KB Kabupaten Sleman.
Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024