Omzet Pasar Rakyat Nusantara ICW melebihi prediksi

id sidang icw,pasar rakyat nusantara, omzet

Omzet Pasar Rakyat  Nusantara ICW melebihi prediksi

Suasana Pasar Rakyat Nusantara yang digelar untuk memeriahkan Sidang Umum ke-35 ICW dan Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan Indonesia di Yogyakarta (Eka Arifa Rusqiyati)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Omzet Pasar Rakyat Nusantara yang digelar untuk memeriahkan Sidang Umum ke-35 International Council of Women dan Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan Indonesia melebihi prediksi.
   
“Jumlah konsumen yang datang dan omzet dari penyelenggaraan Pasar Rakyat Nusantara jauh melebihi perkiraan. Ini di luar ekspektasi kami,” kata Ketua Bidang Pameran, Venue, dan Akomodasi Panitia Sidang Umum ke-35 International Council of Women dan Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan Renny Soviahani di Yogyakarta, Jumat.
   
Bahkan, lanjut Renny, sejumlah perajin, terutama yang berlokasi tidak jauh dari Yogyakarta sudah melakukan stok ulang barang karena barang di lokasi pameran sudah habis dibeli peserta sidang.
   
Meskipun belum ada data yang pasti mengenai total omzet yang diperoleh, namun Renny memperkirakan puncak penjualan berbagai kerajinan asli Indonesia yang dijual di Pasar Rakyat Nusantara sudah terjadi pada Kamis (13/9) dan berlanjut pada Jumat (14/9).
   
“Kemarin saja (Kamis, 13/9), omzet yang kami peroleh sekitar Rp65 juta dan pada hari ini bisa lebih banyak karena pembukaan Sidang Umum ke-35 ICW dan Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan Indonesia dilaksanakan hari ini,” kata Renny.
   
Jenis kerajinan yang cukup banyak diminati oleh peserta sidang di antaranya adalah berbagai produk makanan, pakaian, kain hingga aksesoris perempuan.
   
“Banyak peserta yang datang ke Yogyakarta tetapi belum membawa pakaian kebaya atau batik. Mereka pun memanfaatkan pasar rakyat tersebut untuk membeli kebutuhan termasuk kelengkapan aksesoris. Tidak mungkin jika sekitar 2.000 perempuan berkumpul tetapi mereka tidak berbelanja,” katanya.
   
Perolehan omzet secara keseluruhan, lanjut Renny masih belum dapat dihitung karena penjualan tidak hanya dilayani secara langsung di tempat pameran tetapi bisa dilakukan secara daring dengan mengakses blanja.com.
   
Oleh karena itu, Renny menyebut jika seluruh perajin yang menampilkan kerajinannya di Pasar Rakyat Nusantara harus dipastikan memiliki persediaan barang yang cukup sehingga bisa melayani pembelian secara online.
   
“Penyelenggaraan Pasar Rakyat Nusantara ini juga menjadi bagian dari uji coba kami sebelum nantinya tampil di kegiatan IMF di Bali,” katanya.
   
Renny menyebut, berbagai produk kerajinan dari Indonesia yang ditampilkan di Pasar Rakyat Nusantara memiliki kualitas yang tidak kalah dengan produk kerajinan dari negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia. 
   
“Bahkan, kualitas, ragam dan kecantikan barang kerajinan dari Indonesia ini sangat bagus. Ada kekhasasn yang tidak ada di produk kerajinan dari negara lain,” katanya.
   
Sementara itu, salah satu perajin dari Nusa Tenggara Timur Lukas Koro yang membawa kerajinan tenun ikat mengatakan omzet penjualan cukup bagus.
   
“Saya membawa 67 lembar kain tenun ikat. Sampai sekarang sudah terjual sekitar 20 lembar. Hasilnya cukup lumayan,” katanya.
 
 Tenun ikat yang dikenal sebagai tenun Inasabu tersebut dijual dengan harga bervariasi antara Rp300.000 hingga Rp7,5 juta per lembar disesuaikan dengan ukuran kain hingga kerumitan motif.
   
“Kami menggunakan dua jenis pewarna, yaitu pewarna alam dan kimia. Untuk konsumen dari luar negeri lebih suka dengan pewarna alam. Harganya pun lebih mahal,” katanya.
   
Hal senada disampaikan oleh Ranti yang menjaga anjungan kerajinan batik Apip’s yang didirikan oleh Afif Syakur. “Omzet sudah cukup bagus. Sudah ada kain batik yang terjual hari ini,” katanya.
   
Harga kain batik yang ditawarkan di stan tersebut cukup mahal yaitu antara Rp3 juta untuk selendang dan Rp7,5 juta hingga Rp8,5 juta untuk kain batik. “Ini adalah batik tulis dengan kain sutra dan hanya kami buat satu untuk tiap motif,” katanya. 
 
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024