Gunung Kidul (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyebut lebih dari 50 persen dari total 18 kecamatan mengalami penurunan produksi pangan akibat kemarau panjang ini, sehingga berdampak pada ketahanan pangan yang menurun.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul, Bambang Wisnu Broto di Gunung Kidul, Rabu, mengatakan turunnya produksi pangan sebagai akibat dari kemarau panjang.
"Kemarau panjang berpotensi menyebabkan paceklik. Hal ini dikarenakan 50 persen dari 18 kecamatan di Gunung Kidul mengalami penurunan produksi pangan," kata Bambang.
Ia mengatakan pada angka prognosa 2019, produksi padi dan palawija tidak sesuai dengan harapan. Semula padi sawah dan padi gogo dalam satu tahun pada lahan seluas 59.197 hektare diramalkan mampu menghasilkan sebanyak 290.527 ton padi, baik padi lahan sawah maupun lahan tadah hujan atau padi gogo.
Namun, dari Januari sampai dengan awal September 2019, total ada 57.816,3 hektare lahan ditanami padi sawah dan gogo. Kemudian jenis jagung pada periode yang sama pada luasan 53.673,0 hektare, kedelai 3.097 hektare, kacang tanah 56.814 hektare. Sementara ubi kayu dan ubi jalar pada lahan 118 hektare.
"Pada Musim Tanam III, jenis padi gogo sudah tidak ada yang tanam, kecuali di wilayah Patuk yang ada sumber air, itupun hanya beberapa. Sampat saat ini, target produksi pangan berkisar 70 persen hingga 75 persen, sehingga untuk mencapai target luas tanam dan target produksi pangan cukup sulit," katanya.
Terkait ketersediaan pangan selama masa paceklik, kata Bambang, warga Gunung Kidul dikenal pandai menyimpan cadangan pangan. Stok yang ada memang dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan selama paceklik.
"Kami sudah melakukan mengecek di lapangan. Cadangan padangan aman. Kami berharap musim hujan tepat waktu, sehingga petani dapat segera menanam tanaman pangan yang dapat mencukupi kebutuhan pangan masyarakat,” katanya.
Salah satu petani di Kecamatan Patuk Suyatno mengatakan pada Masa Tanam III, dirinya memutuskan mengganti tanaman padi menjadi hortikultura karena pertimbangan matang. Salah satunya mempertimbangkan kebutuhan air.
"Sekarang saya coba-coba menanam bawang. Sejauh ini hasilnya menggemberikan karena terlihat subur,” katanya.
Berita Lainnya
Airlangga Hartarto kaji ulang BLT Mitigasi Risiko Pangan
Selasa, 23 April 2024 0:18 Wib
Petani muda Indonesia mengoptimalkan pertanian di lahan rawa
Sabtu, 20 April 2024 17:53 Wib
Pemkab Bantul: Harga pangan stabil usai Lebaran
Rabu, 17 April 2024 17:38 Wib
Dinas Pertanian Kulon Progo awasi pangan asal hewan di Pasar Bendungan
Senin, 8 April 2024 16:22 Wib
Dinkes Bantul amankan produk makanan tak layak konsumsi
Sabtu, 6 April 2024 22:53 Wib
BRIN meneliti manfaat sorgum turunkan diabetes di Flores
Jumat, 5 April 2024 17:45 Wib
Pemkab Bantul melaksanakan 3 kali pasar murah bahan pokok selama Maret
Kamis, 4 April 2024 20:07 Wib
Stok bahan pokok di Bantul aman dan cukup hadapi Lebaran 2024
Kamis, 4 April 2024 17:08 Wib