Petambak Glagah-Congot diimbau kosongkan lahan tambak udang

id tambak udang

Petambak Glagah-Congot diimbau kosongkan lahan tambak udang

Tambak udang, ilustrasi (Foto Antara/Mamiek/ags/14)

Kulon Progo (Antara Jogja) - PT Angkasa Pura I mengimbau kepada petambak udang di Kawasan Pantai Glagah hingga Congot Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengosongkan lahan tambak udang karena proses pembangunan bandara di wilayah ini sudah dimulai.

"Sehubungan dengan telah diputusnya gugatan petambak di Mahkamah Agung, yaitu memori kasasi yang diajukan Angkasa Pura I melalui jaksa pengacara negara dari Kejaksaan Tinggi DIY telah dikabulkan MA, maka kami berharap pemilik tambak segera mengosongkan tambaknya," kata Pimpinan Proyek Persiapan Bandara Baru Kulon Progo PT Angkasa Pura (AP) I Sujiastono di Kulon Progo, Kamis.

Ia mengatakan AP I menang atas gugatan 100 pemilik tambak di kawasan Pantai Glagah hingga Pantai Congot di MA.

"Kami mengucapkan terima kasih kepada Kejaksaan Tinggi DIY, sehingga AP I menang atas gugatan petambak udang," katanya.

Sementara itu, pemilik tambak udang kawasan Pantai Glagah Purhadi mengatakan dirinya akan terus menabur benih udang sampai ada surat peringatan dan ganti rugi.

"Saya akan terus menebar benih sampai ada larangan," katanya.

Saat ini, kata dia, hasil panen udang sangat bagus. "Cuaca beberapa bulan terakhir yang bagus untuk budi daya udang. Lahan seluas 2.000 meter persegi dapat memanen 2,5 ton udang," kata Purhadi.

Ia mengatakan harga udang di tingkat petambak juga sangat bagus. Udang size 100 harganya mencapai Rp56 ribu per kg. Dirinya memanen udang ukuran 40 dengan harga Rp80 ribu per kg.

"Hasil panen kali ini sangat bagus. Keuntungan yang kami dapat juga cukup besar," katanya.

Ia mengatakan udang hasil panen dibeli tengkulak dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Tengkulak menjual udang kepada eksportir yang akan diirim ke Hongkong.

"Pasaran udang ukuran besar semua ekspor. Pasar lokal lebih memilih ukuran kecil karena daya beli konsumen lokal rendah," katanya.

Menurut dia, kendala utama budi daya udang adalah serangan berak putih. "Berak putih itu momok bagi pembudi daya udang, dan ketersedian air," katanya.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kulon Progo Sudarna mengatakan DKPP berupaya menambah luas lahan budi daya perikanan untuk mengganti 50 hektare yang berkurang. Hal tersebut menyebabkan produksi perikanan budi daya turun 850 ton pada 2016.

Produksi budi daya ikan pada 2015 mencapai 14.338 ton, tapi pada 2016 turun menjadi 13.364 ton. "Penurunan produksi karena lahan tambak udang dan lele di Kecamatan Temon seluas 50 hektare hilang," katanya.

(KR-STR)