Banyak orang tidak sadar terkena hepatitis

id banyak orang tidak sadar

Banyak orang tidak sadar terkena hepatitis

Ilustrasi penyakit hepatitis (Foto 1propolis.blogspot.com)

Jakarta (ANTARA Jogja) - Banyak orang tidak menyadari telah menderita penyakit Hepatits B atau Hepatitis C, karena penyakit tersebut tidak menunjukkan gejala yang spesifik pada tahap awal, kata Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia atau PPHI Rino A Gani.

"Gejalanya baru muncul setelah penyakit itu parah, atau lebih dari 10 tahun kemudian," katanya dalam temu media di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Jumat.

Lebih lanjut dikatakannya kebanyakan orang tidak tahu karena gejalanya tidak ada. "Kalaupun ada, tidak spesifik. Gejala yang muncul seperti mual, lemas, capek tidak bisa langsung dikorelasikan dengan hepatitis".

Rino membandingkannya dengan gejala penyakit lainnya seperti jantung yang biasanya merasa nyeri di dada kiri, sehingga dapat langsung ditangani. Namun, hepatitis B dan C tidak menimbulkan gejala hingga parah, yang membutuhkan waktu hingga 40 tahun.

"Penyakit ini membutuhkan waktu lama untuk jadi parah, sekitar 30-40 tahun. Sirosis hati minimal butuh 20-30 tahun, kanker hati berkembang 20-30 tahun," kata Rino.

Indonesia termasuk negara dengan prevalensi Hepatitis B dengan tingkat endemisitas tinggi, atau lebih dari delapan persen.

Penderita Hepatitis B dan C di Indonesia diperkirakan mencapai 25 juta orang, dengan 50 persen di antaranya menjadi penyakit hati kronik, dan 10 persen lainnya menjadi kanker hati.

Sementara di dunia, sebanyak dua miliar penduduk pernah terinfeksi Hepatitis B, dan diperkirakan 240 juta di antaranya menderita Hepatitis B kronik, dan sekitar 170 juta menderita Hepatitis C kronik.

"Sekitar 1,5 juta orang meninggal per tahunnya akibat Hepatitis B dan C," kata Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemkes Mohammad Subuh.

Kementerian kesehatan disebut Subuh melakukan penanggulangan Hepatitis dengan tidak pencegahan yaitu pencegahan primer, dengan melakukan promosi dan imunisasi, pencegahan sekunder dengan penapisan (screening), dan pencegahan tersier dengan mencegah keparahan dan rehabilitasi penderita.

Penapisan saat ini adalah cara yang paling efektif untuk mengetahui seseorang terjangkit hepatitis atau tidak, namun faktor biaya kerap menjadi alasan seseorang terutama yang tidak mampu untuk tidak melakukannya.

Subuh memaparkan tes cepat Hepatitis B dan C membutuhkan biaya Rp30-50 ribu per tes dan tes lanjutan membutuhkan biaya sekitar Rp100-150 ribu.

"Tetapi ini baru 'screening' awal, jika ditemukan positif, harus menjalani tes-tes konfirmasi lainnya sebelum ditetapkan sebagai orang yang harus menjalani perawatan," kata Subuh.

Oleh karena masih tingginya biaya yang dibutuhkan, maka tidak heran jika penyakit jumlah penderita penyakit Hepatitis B dan C masih berupa "fenomena gunung es" di Indonesia.

"Diperkirakan hanya 10-20 persen saja yang terdeteksi, karena ini juga tidak menimbulkan gejala sampai kerusakan hati sudah jauh," kata Subuh.

Tiap tanggal 28 Juli diperingati sebagai Hari Hepatitis Dunia yang merupakan hari lahir dari Dr Baruch S Blumberg, penerima Hadiah Nobel, karena menemukan virus dan vaksin Hepatitis B.

Pada 2012, peringatan Hari Hepatitis Dunia mengambil tema "It's Closer than You Think" yang di Indonesia diterjemahkan menjadi "Masalah Hepatitis Sudah di depan Mata", yang menunjukkan betapa penyakit itu membutuhkan penanganan yang lebih serius dari yang ada saat ini.

(A043)