RNI jamin harga daging Rp50.000 per kilogram

id harga sapi 50 ribu

RNI jamin harga daging  Rp50.000 per kilogram

Penjual daging (Foto ANTARA/Noveradika)

Jakarta (Antara Jogja) - Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Ismed Hasan Putro mengatakan harga daging dalam negeri dijamin bisa berkisar Rp50.000 per kilogram jika perusahaannya mendapat izin mengimpor daging.

"Jika RNI diberikan kuota impor maka kami jamin harga bisa turun menjadi berkisar Rp50.000 per kilogram," kata Ismed, usai acara pelantikan direksi baru tiga anak usaha, di Gedung RNI, Jakarta, Selasa.

Menurut Ismed, begitu alokasi impor diperoleh dan daging masuk dalam 2-3 pekan maka harga daging di dalam negeri bisa dijual di harga sekitar Rp50.000 per kilogram.

Ia menjelaskan, alasan RNI untuk masuk menjadi importir daging karena ingin turut ambil bagian dalam menstabilkan harga di dalam negeri.

Ismed beralasan, pengajuan usulan mengimpor daging sapi karena sudah tujuh bulan krisis daging sapi belum juga tidak bisa diselesaikan.

"Sebagai BUMN, kami ingin dilibatkan menjaga harga daging karena tidak ingin masyarakat terbebani akibat harga yang tidak rasional," tegas Ismed.

Menurutnya, dalam kondisi krisis daging sapi seperti sekarang ini pemerintah seharusnya memanfaatkan BUMN seperti RNI, Perum Bulog, dan PT Berdikari sebagai perpanjangan tangan untuk menstabilkan harga.

Namun Ismed mengaku kecewa karena usulan RNI untuk mendapatkan kuota ditolak mentah-mentah oleh Kementerian Pertanian.

"Aneh rasanya, dalam situasi seperti ini seakan-akan pemerintah justru melindungi para importir," ujar Ismed.

Menurutnya, pemerintah melindungi importir yang mencari keuntungan berlipat.

"Harga beli daging dari luar negeri berkisar Rp30.000 per kilogram, kemudian dijual di dalam negeri Rp90.000-Rp100.000 per kilogram. Praktik ini sama halnya tidak memiliki hati nurani," tegas Ismed.

Ia menggambarkan, harga daging di Malaysia hanya berkisar Rp45.000 per kilogram, padahal jaraknya dari Austaria lebih jauh dibanding Jakarta.

Untuk itu tambah Ismed, pemerintah harus melihat secara menyeluruh maksud dan tujuan RNI ikut menjadi importir tersebut.

 "Kami tidak hanya mengimpor daging, tapi juga mengimpor anak sapi (pedet), dan sapi betina produktif yang akan digemukkan di dalam negeri," ujarnya.

Impor anak sapi dan sapi betina tersebut bagian dari rencana BUMN Pangan untuk memenuhi target swasembada Saat ini RNI sedang menjalankan program penggemukan sapi di sejumlah kawasan Lombok, Subang dan Majalengka.

"Dengan impor daging sapi dan anak sapi, maka harga daging dapat ditekan, serta ada jaminan ketersediaan daging dalam jangka menengah dan panjang," kata Ismed.

Lebih lanjut Ismed menegaskan, sebetulnya persoalan daging sapi cukup sederhana karena adanya pasokan dan permintaan.

"Masalahnya demand tinggi, tapi suplai dibatasi sehingga harga mahal. Ditambah lagi ketidakmampuan pemerintah mengatur importir yang hanya mencari keuntungan. Ini yang menjadi masalah selama ini, yang mengakibatkan Indonesia didera harga daging sapi," ujarnya.
(R017)
Pewarta :
Editor: Heru Jarot Cahyono
COPYRIGHT © ANTARA 2024