Museum Tani Jawa koleksi 600 alat pertanian tradisional

id alat pertanian

Museum Tani Jawa koleksi 600 alat pertanian tradisional

Salah satu alat pertanian tradisional di Museum Tani Jawa Candran Bantul, DIY (Antara Foto/Heri Sidik)

Bantul (Antara) - Museum Tani Jawa di kawasan Desa Wisata Candran Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini mengoleksi sekitar 600 alat pertanian tradisional para petani.

"Di Museum Tani ini koleksinya sekitar 600-an, yang macamnya ada `garu`, alat untuk meratakan tanah, alat bajak tradisional, cangkul, arit dan gosrok atau alat untuk menyiangi rumput," kata Pengelola Museum Tani Jawa Candran Kristyo Bintoro di Bantul, Sabtu.

Selain alat pertanian tradisional, di museum juga terdapat beberapa koleksi alat yang dipakai petani untuk mengolah hasil tani seperti `kendil`, `keren` atau alat untuk menanak nasi, kemudian juga koleksi untuk berkesenian yaitu lesung.

"Koleksi-koleksi yang ada itu lebih kepada niat dari masyarakat petani untuk dihibahkan ke museum sebagai bagian dari memberikan informasi tentang alat-alat pertanian tempo dulu kepada generasi ke depan," katanya.

Museum Tani Jawa Candran tersebut didirikan sejak tahun 1998 dengan bangunan yang sederhana, dan pengelola mulai mengumpulkan koleksi-koleksi alat pertanian tradisional dari para petani Bantul sejak 2005.

Akan tetapi, pada 2006 ketika Bantul dan sekitarnya diguncang gempa bumi dan menyebabkan bangunan rusak sehingga mengakibatkan sebagian koleksi alat tani yang berbahan gerabah seperti gentong atau untuk menyimpan padi serta kayu hancur.

"Kemudian ada lumbung padi, juga alat berbentuk kotak untuk wiwitan (tradisi petani sebagai wujud syukur ketika panen), kemudian juga ada garu yang patah karena gempa," katanya.

Menurut dia, terhadap alat pertanian yang masih tersisa saat itu dikumpulkan kembali untuk kemudian dipajang di Museum Tani Jawa dan untuk bangunan museum saat ini sudah mendapat rehabilitasi oleh Pemerintah Daerah (Pemda) DIY.

"Saat ini koleksi-koleksi di Museum Tani Jawa ini tidak hanya berasal dari sekitar dan Bantul, bahkan dari luar DIY. Untuk koleksi paling berharga salah satunya bajak tradisional dari kayu, itu sekitar tahun 1920-an, itu yang tertua," katanya.

(KR-HRI)