Jakarta (Antaranews Jogja) - Di tengah defisit transaksi neraca berjalan, pemerintah bersama pelaku usaha kelapa sawit bahu membahu memperluas dan memperkuat pasar ekspor, salah satunya dengan mengirim delegasi misi dagang ke Pakistan.
"Kami akan bertolak ke Karachi, Pakistan," kata Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Togar Sitanggang, di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan setelah Pemerintah Indonesia bersama pelaku usaha sawit berhasil melakukan diplomasi dagang, khususnya ekspor, ke Uni Eropa dan Rusia, kini giliran ke Pakistan yang merupakan pembeli minyak kelapa sawit mentah (CPO) ke-4 terbesar, setelah India, Uni Eropa, dan Tiongkok.
Pakistan, lanjut Togar, memenuhi kebutuhan minyak sawitnya sebanyak 80 persen dari Indonesia dan hanya 20 persen dari Malaysia.
"Pakistan adalah pasar yang strategis bagi Indonesia," kata ujarnya.
Dari total nilai ekspor sawit Indonesia yang mencapai 22,9 miliar dolar AS pada tahun 2017, Pakistan menyumbang sekitar 2 miliar atau hampir 10 persen.
Dengan jumlah penduduk 207 juta jiwa, kebutuhan Pakistan akan minyak nabati termasuk minyak sawit sebagai bahan baku makanan diperkirakan akan terus meningkat.
"Pada kunjungan ke Pakistan ini, akan diselenggarakan Conference and Exhibition on Indonesia Palm Oil (CEIPO) di Karachi pada 6 September 2018," kata Togar.
Hadir sebagai pembicara antara lain Duta Besar RI untuk Pakistan Iwan Suyudhie Amri, Ketua CPOPC (Council of Palm Oil Producing Countries), Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono, dan Direktur Utama BPDP-KS Dono Boestami.
Selain itu, sejumlah pelaku usaha dari Pakistan yaitu Chairman Edible Oil Refinery Association Abdul Rasheed Janmohammad dan Chairman Pakistan Vanaspati Manufacturer Association (PVMA) Abdul Waheed.
Pada dasarnya tujuan utama misi dagang dan diplomasi ke Pakistan ini adalah untuk meningkatkan volume ekspor Indonesia ke Pakistan, termasuk tentu saja ekspor minyak sawit," ujar Togar.
Selain itu, kata dia, akan dijajaki berbagai peluang investasi di negara Asia Selatan tersebut.
Berita Lainnya
Airlangga Hartarto: EUDR ditolak kelompok bipartisan AS
Kamis, 25 April 2024 7:26 Wib
Asosiasi beri edukasi nilai positif sawit Indonesia di kalangan santri
Minggu, 21 April 2024 7:55 Wib
Kementan buka 3.000 beasiswa menciptakan SDM unggul kelapa sawit
Minggu, 14 April 2024 17:48 Wib
Harga CPO melonjak dipengaruhi minyak nabati China dan AS
Sabtu, 30 Maret 2024 7:38 Wib
Menko Perekonomian: Hilirisasi sawit RI dilanjutkan
Jumat, 29 Maret 2024 4:12 Wib
Indonesia cari pasar alternatif sawit
Jumat, 29 Maret 2024 0:26 Wib
54 persen pasar sawit dunia dikuasai Indonesia
Kamis, 28 Maret 2024 18:19 Wib
Parlemen RI-Eropa jembatani masalah kelapa sawit
Senin, 18 Maret 2024 19:57 Wib