Pemkab Gunung Kidul akan gelar simulasi pembelajaran tatap muka

id sistem belajar tatap muka,Gunung Kidul

Pemkab Gunung Kidul akan gelar simulasi pembelajaran tatap muka

Bupati Gunung Kidul Sunaryanta mengecek kesiapan sekolah dalam melaksanakan sistem belajar secara tata muka. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Gunung Kidul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan menggelar simulasi sistem belajar tatap muka karena belajar secara daring dinilai tidak efektif dalam memberikan materi pelajaran siswa didik, sehingga kemampuan murid dalam memahami dan menyerap materi pelajaran tidak maksimal.

Bupati Gunung Kidul Sunaryanta di Gunung Kidul, Kamis, mengatakan kegiatan simulasi pembelajaran secara tatap muka harus dilanjutkan, supaya mutu pendidikan di Gunung Kidul tidak turun.

"Hal yang harus diperhatikan adalah durasi waktu dan kebersihan harus selalu ditekankan guna mengurangi resistensi penularan. Serta disiplin protokol kesehatan secara ketat," kata Sunaryanta.

Ia mengatakan saat ini, vaksinasi tahap kedua yang diperuntukkan bagi pelayan publik, salah satunya guru di Gunung Kidul. Harapannya dengan vaksinasi terhadap tenaga pendidik, kegiatan belajar tatap muka bisa dilakukan. Saat ini, perkembangan atau penambahan kasus harian COVID-19 di Gunung Kidul juga sangat sedikit, sehingga bisa dilaksanakan simulasi belajar secara tatap muka.

"Semoga sistem belajar tatap muka tidak menimbulkan klaster baru di Gunung Kidul," harapnya.

Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Disdikpora Gunung Kidul Eddy Praptono mengatakan pihaknya telah melakukan tryout bagi siswa kelas akhir di tingkat SMP menjelang pelaksanaan Asesmen Standarisasi Pendidikan Daerah (ASPD). Namun hasilnya belum sesuai harapan. Untuk itu, Disdikpora Gunung Kidul membuka opsi pertemuan tatap muka di sekolah untuk konsultasi agar hasil dari ASPD bisa dimaksimalkan.

Pelaksanaan ASPD sebagai pengganti ujian nasional ada permasalahan yang dihadapi. Indikator ini dapat dilihat dari hasil tryout siswa peserta ASPD yang belum optimal. Diduga permasalahan muncul karena sistem pembelajaran daring yang diterapkan selama masa pandemic sehingga berpengaruh terhadap nilai yang diperoleh saat uji cob mengerjakan soal-soal.

"Memang tidak optimal dan hasil try out belum sesuai harapan,” kata Eddy.

Menurut dia, permasalahan tidak maksimalnya siswa dalam pembelajaran (khususnya siswa kelas sembilan) harus diatasi agar hasil ASPD bisa dimaksimalkan. Terlebih lagi, nilai ini akan memberikan pengaruh untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Meski demikian, lanjut Eddy, upaya optimalisasi bisa disiasati dengan penyelenggaraan kegiatan belajar tatap muka di sekolah. Meski demikian, itu belum bisa dilaksanakan karena terkendala penerapan kebijakan belajar di rumah, sesuai instruksi gubernur tentang Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarkat (PPKM). Di dalam perpanjangan pembelajaran masih menggunakan model daring.

"Di sisi lain, kami mendapat desakan dari orang tua murid, agar sekolah kembali dibuka, terutama bagi siswa di kelas akhir. Disdikpora memperbolehkan sekolah adanya konsultasi dengan cara tatap muka. Hanya saja, pelaksanaan harus menjalankan protokol kesehatan secara ketat dan kedatangan siswa dibatasi separuh dari kapasitas normal," katanya.