Sistem pendidikan kedokteran harus dukung obat herbal Indonesia

id Pendidikan kedokteran, pengobatan herbal

Sistem pendidikan kedokteran harus dukung obat herbal Indonesia

Ilustrasi - Petugas meramu obat berupa rempah-rempah untuk pasien di Klinik Saintifikasi Jamu, di Pekalongan, Jawa Tengah, Jumat (17/1/2020). ANTARA FOTO/Harviyan Perdabna Putra/ama.

Jakarta (ANTARA) - Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto dr. Yeni Bahar M.Si (Herbal) mengatakan diperlukan sistem pendidikan dengan bekal ilmu pengetahuan di bidang herbal agar dokter bisa meresepkan obat yang bersumber dari alam Indonesia yang disebut fitofarmaka.
 
"Karena kita fitofarmaka obatnya diresepkan dokter karena dokter punya background medis untuk diagnosis penyakit, jadi diharapkan background dokter mendiagnosis dapat memberikan obat sesuai dengan anamnesis, kondisi fisik dan penunjang lainnya," kata Yeni dalam diskusi kesehatan HUT Persatuan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) yang diikuti secara daring di Jakarta, Minggu.

Fitofarmaka merupakan obat dengan campuran herbal yang diresepkan dan sudah teruji klinis keamanan dan khasiatnya. Fitofarmaka juga merupakan obat yang sudah teruji di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan memiliki khasiat serta keamanan dan jaminan ketersediaan bahan baku.
 
Dokter lulusan Universitas Indonesia itu mengatakan Indonesia yang memiliki ratusan hektar tanaman herbal bisa menjadi potensi meningkatkan fungsinya jika banyak fakultas kedokteran yang mempelajarinya sebagai kurikulum dalam pendidikannya.
 
Yeni juga mengatakan semua tumbuhan bisa memiliki banyak zat aktif, diisolasi dengan penelitian dan dilakukan sintesisnya. Diketahui juga bahwa tanaman obat banyak digunakan berdampingan dengan obat konvensional, misalnya untuk pengobatan terapi kanker, jantung, dan stimulan.
 
Namun berbagai tantangan masih dihadapi untuk menerapkan penggunaan obat herbal setara dengan obat konvensional mulai dari ketersediaan bahan baku obat dan biaya penelitian yang tinggi.
 
"Penelitian ke arah fitofarmaka bukan hanya dari perguruan tinggi tapi harus ada kerja sama dari farmasi lain. Penggunaan obat dengan bahan alam juga masih terbatas yang terstandar yang dikhawatirkan sumbernya beda-beda," kata Yeni.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Perlunya sistem pendidikan di kedokteran untuk dukung obat herbal