Sleman tambah lima sekolah siaga bencana

id sekolah siaga bencana

Sleman tambah lima sekolah siaga bencana

Sekolah siaga bencana YOGYAKARTA - Sejumlah siswa melakukan simulasi siaga bencana di SMPN 2 Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Senin (10/6). Kegiatan "Sekolah Siaga Bencana" dengan melibatkan siswa tersebut bertujuan untuk mengenalkan cara penanganan

Sleman (Antara Jogja) - Sebanyak lima sekolah di lereng Gunung Merapi, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman resmi ditetapkan sebagi sekolah siaga bencana oleh BPBD Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa.

Sekretaris BPBD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Heru Suroso mengatakan ada lima sekolah di Cangkringan yang dikembangkan sebagai Sekolah Siaga Bencana (SSB).

"Ke lima sekolah tersebut yaitu SD Negeri Srunen, SD Negeri Glagaharjo, SD Negeri Bronggang, SD Negeri Banaran, dan SD Muhammadiyah Cepitsari," katanya.

Peresmian lima sekolah siaga bencana ini juga diselenggarakan simulasi bencana yang diadakan oleh BPBD DIY dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman di SD Glagaharjo, Cangkringan, Sleman.

Menurut dia, dengan lahirnya SSB ini diharapkan mampu menciptakan masyarakat yang mandiri dan tangguh dalam menghadapi bencana.

"Kapasitas dan eksistensi simulasi harus dijaga supaya tercipta masyarakat tangguh bencana," katanya.

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Sleman Arif Haryono mengatakan, dengan diresmikannya lima SD di Kecamatan Cangkringan sebagai sekolah siaga bencana, maka Kabupaten Sleman sampai saat ini telah memiliki 13 sekolah yang berpredikat sebagai Sekolah Siaga bencana.

"Mitigasi bencana harus menjadi bagian dari budaya dan kearifan lokal masyarakat Sleman. Oleh karena itu pembinaan dan pelatihan cara penanggulangan bencana harus dimulai sejak dini," katanya.

Ia mengatakan, diperlukan kesiapsiagaan semua pihak menghadapi bencana sebagai langkah strategis dalam pengurangan risiko bencana, tidak terkecuali di lingkungan sekolah. Mitigasi bencana harus diperkenalkan dan diajarkan di bangku sekolah, bahkan sejak jenjang yang paling bawah.

"Siswa-siswa sangat perlu diberi pemahaman dan pembinaan bagaimana cara penanggulangan dan mitigasi bencana," katanya.

Kepala Sekolah SD Glagaharjo Poniyam mengatakan bahwa sekolah yang dipimpinnya rutin menggelar acara simulasi dua kali sebulan dengan BPBD.

"Simulasi digelar bersama jajaran guru dan para siswa karena sadar lokasi SD Glagaharjo termasuk dalam kategori daerah rawan bencana erupsi Gunung Merapi," katanya.

Menurut dia pada November 2010 SD Glagaharjo terkubur material akibat erupsi Gunung Merapi dan baru direlokasi pada Januari 2012.

"Tidak hanya dari simulasi saja namun juga bekerjasama dengan wali murid dalam mendukung sarana dan prasarana terutama dalam hal transportasi untuk evakuasi, karena kami harus sigap tidak mungkin terlalu lama menunggu bantuan armada dari instansi terkait saat bencana terjadi," katanya.

(V001)
Pewarta :
Editor: Mamiek
COPYRIGHT © ANTARA 2024