Okupansi hotel di Yogyakarta merosot

id hotel

Okupansi hotel di Yogyakarta merosot

Ilustrasi .Lobby Hotel di Yogyakarta (jogja.antaranews.com)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Okupansi atau tingkat hunian kamar hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai merosot dari okupansi normal pada hari pertama Bulan Ramadhan 1439 Hijriah.

"Selain karena bulan Ramadhan, merosotnya okupansi dipengaruhi adanya `travel advice` dari beberapa negara," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Istijab M Danunagoro di Yogyakarta, Kamis.

Menurut Istijab, penurunan okupansi wajar terjadi setiap memasuki Bulan Ramadhan. Namun demikian, adanya penerbitan "travel advice" dari 13 negara bagi warganegaranya yang hendak melakukan perjalanan ke Indonesia pascateror bom di Surabaya, Jawa Timur, semakin memperkuat penurunan hunian kamar hotel di Yogyakarta.

Saat ini, menurut dia, baik hotel berbintang maupun non bintang rata-rata okupansinya merosot menjadi 30 persen, dari hari normal yang biasanya mampu mencapai 40-60 persen. Ia meyakini penurunan okupansi yang disebabkan masuknya bulan puasa akan kembali pulih pada awal Juni 2018. "Semoga ini (penurunan okupansi) cepat pulih dan tidak lama," kata dia.

Ia mengakui dengan adanya tren penurunan okupansi, banyak hotel yang akhirnya belomba-lomba menyajikan tarif promo atau bahkan banting harga untuk menggaet pengunjung."Lihat saja saat ini melalui pemasaran online banyak hotel yang menurunkan tarif sewa kamarnya," kata dia.

Public Relation Hotel Tentrem Yogyakarta, Venta Pramusanti membenarkan ihwal penurunan okupansi tersebut. Okupansi hotel yang berlokasi di Jalan AM Sangaji itu kini menurun 20-30 persen dari okupansi pada hari-hari normal.

Meski demikian, Venta meyakini penurunan sewa kamar itu lebih banyak dipengaruhi momentum masuknya Bulan Ramadhan. "Karena sudah masuk Bulan Ramadhan, biasanya orang lebih banyak membatasi kegiatan kan," kata dia.

Pada pekan kedua dan ketiga Ramadhan, menurut dia, masih ada beberapa tamu yang akan mengadakan kegiatan MICE (meetings, incentives, conferences, and exhibitions), namun ia mengakui kuantitasnya tidak sebesar hari-hari biasa.Budi Suyanto