BPBD Sleman meningkatkan kewaspadaan di alur sungai lereng barat Merapi

id BPBD Sleman ,Gunung Merapi ,Banjir lahar dingin ,Erupsi gunung Merapi ,Guguran lava pijar ,Awan panas Merapi

BPBD Sleman meningkatkan kewaspadaan di alur sungai lereng barat Merapi

Kepala Pelaksana BPBD Sleman Joko Supriyanto bersama Kepala BPPTKG Hanik Humaida saat memberikan keterangan terkait perkembangan aktivitas Gunung Merapi yang telah memasuki fase erupsi efusi. ANTARA/HO-Humas Pemkab Sleman/pri.

Sleman (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta meningkatkan kewaspadaan terhadap aliran-aliran sungai berhulu Gunung Merapi di lereng sisi barat menyusul adanya perubahan arah guguran lava pijar dan awan panas yang dominan ke barat.

"Kami tetap mewaspadai potensi ancaman bahaya Gunung Merapi di sisi barat, terutama di aliran sungai karena memang selama ini arah gugurannya dominan ke barat," kata Kepala Seksi Mitigasi Bencana BPBD Kabupaten Sleman Joko Lelono di Sleman, Kamis.

Menurut dia, potensi ancaman bahaya tersebut selain guguran lava pijar dan awan panas juga potensi banjir lahar di aliran sungai berhulu Merapi.

"Dengan meningkatnya guguran ke barat, maka tentunya timbunan material vulkanis Merapi di puncak juga bertambah. Ini berpotensi terjadi banjir lahar dingin di sungai berhulu Merapi saat turun hujan deras di puncak," katanya.

Ia mengatakan, meski tetap meningkatkan kewaspadaan, namun untuk pengungsian warga di sisi barat daya, khususnya kelompok rentan belum akan dilakukan.

"Karena dari catatan kami memang tidak ada warga yang tinggal di radius lima kilometer dari puncak Merapi, sehingga masih dalam radius yang direkomendasikan BPPTKG," katanya.

Rekomendasi dari BPPTKG terkait dengan potensi ancaman bahaya Gunung Merapi yang saat ini masih berada di radius lima kilometer dari puncak.

"Dari BPPTKG di area lima kilometer, sedangkan di barat daya Merapi Sleman saat ini posisi warga radiusnya lebih dari lima kilometer. BPBD Sleman juga belum melakukan rapat koordinasi untuk mengantisipasi apabila Gunung Merapi statusnya berubah menjadi awas," katanya.

Joko mengatakan, upaya mitigasi yang dilakukan BPBD Sleman juga ada beberapa kendala, diantaranya pendataan warga yang berada di luar radius lima kilometer, khususnya yang berada di wilayah Kecamatan Cangkringan, Turi, dan Pakem tidak maksimal karena keterbatasan anggaran yang ada.

"Pendataan warga ini penting untuk dilakukan dalam mengantisipasi jika sewaktu-waktu Gunung Merapi berubah status menjadi awas.Sementara untuk melakukan kegiatan pendataan anggarannya sekarang di 2021 minim sekali, jadi kami belum tahu mau bergerak seperti apa," katanya.

Ia memastikan jika masyarakat di lereng Gunung Merapi, khususnya yang berada di sisi barat daya yakni kecamatan Turi dan Pakem tidak ada satupun warga yang masuk dalam radius kurang dari lima kilometer sesuai dengan jarak aman yang direkomendasikan oleh BPPTKG.

"Mulai Dusun Turgo, Purwobinangun Pakem dan Dusun Tunggularum, Turi tidak ada masyarakat yang berada kurang dari lima kilometer dari puncak Gunung Merapi, area aman dari BPPTKG lima kilometer," katanya.

Jaringan Destana yang dimiliki BPDB Sleman, kata dia, juga siap melakukan rencana kontijensi jika sewaktu-waktu rekomendasi bencana Gunung Merapi melebihi lima kilometer.

Sebelumnya BPPTKG menyatakan jika ancaman potensi maupun daerah bahaya Gunung Merapi mengalami perubahan, potensi dan bahaya Gunung Merapi berada di sepanjang alur sungai di sisi barat daya yang berhulu di Gunung Merapi.
Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024