Tunis (ANTARA) - Presiden Tunisia Kais Saied pada Minggu mengumumkan akan memberi kompensasi pada keluarga korban tewas dan terluka dalam revolusi 2011 yang membawa demokrasi ke negara itu.
Saied yang menghadapi krisis politik dan ekonomi dan tuduhan pengambilalihan kekuasaan melalui kudeta, bulan lalu membubarkan parlemen, memaksakan pemerintahan seorang diri setelah memerintah dengan dekret sejak musim panas.
Dia mengaku berusaha menyelamatkan negara Afrika utara itu dari kehancuran.
Dinar Tunisia telah jatuh ke posisi terendah dalam tiga tahun dan sebuah delegasi akan berangkat ke Washington bulan ini untuk mencari kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional.
Dekret Saied pada Sabtu menyetujui kompensasi untuk keluarga dari para "syuhada", polisi dan tentara yang tewas dan terluka membela negara dari apa yang disebutnya "serangan teroris" selama tahun-tahun setelah revolusi yang memicu pergolakan Arab di sekitar wilayah itu.
Puluhan pemuda tewas dan ratusan lainnya terluka selama pergolakan melawan pemerintahan presiden saat itu Zine El Abidine Ben Ali pada 2011.
Saied telah berjanji untuk menegakkan hak dan kebebasan yang dimenangkan dalam revolusi, tetapi para pengkritiknya mengatakan berbagai tindakannya, termasuk mengganti badan yang menjamin independensi peradilan, menunjukkan bahwa dia bertekad untuk memerintah sendirian.
Sumber: Reuters
Berita Lainnya
Indonesia bantu Tunisia modifikasi cuaca
Jumat, 26 April 2024 19:34 Wib
Produk Indonesia diincar pengusaha Libya dan Tunisia
Sabtu, 24 Februari 2024 18:55 Wib
Dubes RI beri kuliah umum di Universitas Tunisia
Sabtu, 30 Desember 2023 5:07 Wib
Indonesia promosikan kopi di Tunisia
Kamis, 19 Oktober 2023 7:17 Wib
KRI Bima Suci di Tunisia promosikan budaya Indonesia
Rabu, 6 September 2023 10:07 Wib
Ekspor produk melonjak, produk Indonesia diminati Tunisia
Sabtu, 22 Juli 2023 7:16 Wib
Diplomasi "ziarah kubur" mampu tingkatkan ekspor Indonesia, ungkap Zuhairi
Senin, 17 Juli 2023 5:42 Wib
Timnas Brasil ganyangTunisia
Kamis, 1 Juni 2023 4:03 Wib