Legislator: lima hari sekolah perlu perhatikan geografis

id Lima hari sekolah

Yogyakarta (Antara Jogja) - Wakil Ketua DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta Arif Noor Hartanto berharap kebijakan lima hari sekolah seperti yang digulirkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi perlu mempertimbangkan dan memperhatikan kondisi geografis di daerah.

"Petunjuk pelaksanaan dan teknisnya harus disesuaikan kondisi geografis masing-masing daerah," kata Arif di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, jika rencananya untuk seluruh sekolah, penerapan lima hari sekolah dengan delapan jam belajar tersebut belum tentu cocok diberlakukan di daerah pelosok dengan akses transportasi terbatas.

"Jangan sampai semua disamaratakan seperti di kota," kata dia.

Oleh sebab itu, menurur Arif, penerapan kebijakan lima hari sekolah dengan delapan jam belajar sebaiknya lebih fleksibel.

"Fleksibel dalam arti tidak setiap hari harus delapan jam belajar. Misalnya dari lima hari sekolah hanya satu sampai dua hari saja yang berlanjut delapan jam," kata dia.

Menurut Arif, kebijakan yang digulirkan Mendikbud Muhadjir ada baiknya dipertimbangkan terlebih dahulu dan tidak terburu-buru ditolak.

"Jangan asal menolak karena memang saat ini ada kebutuhan kita untuk mendesain pendidikan kita lebih progresif," kata politisi Partai Amanat Nasional (PAN) DIY ini.

Sementara itu, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X berharap agar penerapan kebijakan lima hari sekolah tidak dipaksakan menyeluruh melainkan menyesuaikan kesiapan masing-masing sekolah.

Sultan mengatakan selain didukung dengan sarana dan prasarana sekolah yang memadai, penerapan sekolah lima hari tentunya harus didukung kondisi kesiapan murid.

"Muridnya juga harus siap. Kalau ada yang merasa siap silakan saja, tetapi kalau tidak siap ya tidak," kata dia.

Menurut Sultan, orientasi sekolah lima hari yang menintikberatkan pada penguatan pendidikan karakter cukup baik. Namun demikian, bagi Sultan, penerapan kebijakan sekolah lima hari dengan delapan jam belajar di sekolah justru mengesampingkan kesempatan anak bergaul atau bersosialisasi di tengah masyarakat.

"Mestinya anak-anak itu diberikan kemudahan bergaul supaya mereka juga dibangun oleh masyarakat dalam kehidupan. Seseorang yang tidak pernah sosialisasi tentu wawasannya terbatas," kata dia.

(T.L007)