Bantul targetkan penanaman padi 1.995 hektare Januari

id tanam padi

Bantul targetkan penanaman padi 1.995 hektare Januari

Tanam padi (Foto Antara)

Bantul, (Antara Jogja) - Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan Perikanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menargetkan lahan pertanian seluas 1.995 hektare tersebar di seluruh kecamatan ditanami padi selama musim tanam Januari 2017.

"Target ini dalam rangka upaya khusus (Upsus) swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah. Untuk hari-hari ini kami sedang melakukan survei tanaman padi," kata Kepada Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul Pulung Haryadi di Bantul, Selasa.

Menurut dia, saat ini capaian dari target lahan padi sudah sekitar 30 sampai 35 persen, meski begitu pihaknya optimistis sampai akhir Januari target lahan padi seluas 1.995 hektare terealisasi, sebab saat ini banyak petani yang mulai menanam padi.

"Daerah yang banyak menanam padi itu seperti di Kecamatan Sanden, Bambanglipuro dan Kretek, kalau di Sedayu sebagian sudah mulai. Sedangkan di Pandak juga sudah mulai memasuki masa tanam," katanya.

Ia mengatakan, dari lahan padi seluas 1.995 hektare tersebut, ditargetkan produktifitas panen bisa menghasilkan 7,78 ton gabah kering panen per hektare.

Dengan demikian, ia optimistis pada awal tahun ini Bantul bisa mewujudkan swasembada pangan terutama padi, sebab kalau produktifitas panen sebanyak 7,78 ton gabah tercapai, maka setidaknya sekitar 60 persennya bisa menjadi beras untuk dikonsumsi.

"Kalau sekarang kan intensitas hujannya masih tinggi, perkiraan kami sampai Februari intensitas hujan masih lumayan. Makanya yang kami rekomendasikan petani tetap menanam padi," katanya.

Pulung mengatakan, karena Pemkab menargetkan seluas 1995 hektare tanaman padi di Bantul, maka pihaknya tidak berani menganjurkan petani setempat menanam selain padi, misalnya cabai, sebab di musim hujan ini cabai bisa berisiko gagal panen.

"Tanaman lain seperti cabai risikonya sangat besar di musim sekaran ini, apalagi tanaman itu membutuhkan modal besar, sekitar Rp40 juta per hektare sehingga jika dipaksakan, dikhawatirkan justru petani yang rugi," katanya.***3***

(KR-HRI)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024