BPBD Kulon Progo: enam kecamatan berpotensi bencana kekeringan

id bencana kekeringan

BPBD Kulon Progo: enam kecamatan berpotensi bencana kekeringan

Peta rawan bencana tanah longsor Kab.Kulon Progo (jogja.antaranews.com) (jogja.antaranews.com/)

Kulon Progo (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memprediksi potensi bencana kekeringan akan melanda enam kecamatan yang tersebar di 13 desa di wilayah itu.

Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo Ariadi di Kulon Progo, Minggu mengatakan penanganan bencana sementara, seperti distribusi kekeringan ditangani sementara oleh Tim Tagana dan Dinas Sosial Kulon Progo.

"BPBD akan mendistribusikan atau menangani bencana kekeringan setelah ada status tanggap bencana. Selama masih belum mendesak, dan bisa ditangani Dinas Sosial dan Tagana, BPBD belum akan bertindak. Untuk itu, kami akan intensifkan koordinasi dengan Dinsos dan Tagana mengantisipasi kekeringan di Kulon Progo," katanya.

Ia mengatakan penanganan bencana sendiri menggunakan anggaran tidak terduga yang disediakan oleh Pemkab Kulon Progo sebesar Rp3,6 miliar. Namun anggaran tersebut telah digunakan sekitar Rp450 juta untuk penanganan darurat bencana Badai Savana, beberapa waktu lalu.

"Anggaran tidak terduga bisa digunakan oleh semua organisasi perangkat daerah (OPD) dalam melakukan penanganan darurat. Melihat kondisi keuangan saat ini, kami yakin dapat mengatasi masalah bencana kekeringan di Kulon Progo," katanya.

Ariadi mengatakan potensi bencana kekeringan sering melanda enam kecamatan, yakni Girimulyo, Kokap, Kalibawang, Samigaluh, Nanggulan dan Sentolo. Enam kecamatan tersebut terdapat 13 desa yang menjadi langganan kekeringan. Pada 2018, sedikitnya 7.000 kepala keluarga di 109 dusun mengalami krisis air. Ratusan dusun tersebut berada di 23 desa di delapan kecamatan, yakni Samigaluh, Kalibawang, Girimulyo, Kokap, Pengasih, Sentolo, Nanggulan dan Panjatan.

"Kami berharap wilayah kekeringan di Kulon Progo tidak meluas. Semoga masih ada hujan yang mengguyur," harapnya.

Kasi Konservasi Sumber Daya Air DPUPKP Kulon Progo Kuntarso memaparkan ada delapan proyek dikerjakan, antara lain pembangunan saluran tersier, saluran drainase Gendong, rehab jembatan Bendung Pekik Jamal, pembangunan jembatan operasional di Bendung Papah, rehabilitasi jalan inspeksi, pembangunan terowongan di aliran selokan Donomulyo kanan, saluran selokan Monggang, dan normalisasi saluran tanah di Donomulyo.

"Sudah mulai dikerjakan sejak awal Januari dan kami targetkan cepat selesai supaya produksi padi tidak terganggu. Jika memungkinkan, anak irigasi intake Kalibawang juga direhabilitasi berdasar usulan desa atau pihak lain asalkan dana tidak melampaui pagu," ujarnya.

Dia menjelaskan pada 2018 lalu, beberapa proyek sarana dan prasarana fisik juga telah diselesaikan dalam tahun jamak. Proyek itu antara lain rehabilitasi saluran Talang Bowong di KM15 dan saat ini debit airnya dipertahankan pada level 7 meter kubik per detik. Adapun debit pada bangunan bagi Kemukus KM25 sebesar 3,5-3,8 meter kubik per detik.

Saluran itu juga berfungsi menunjang masa tanam (MT) I untuk golongan I, serta MT II golongan II T khususnya di Kejuron Donomulyo, Penjalin dan Papah serta Pengasih. "Sempat terjadi keterlambatan MT 1 Golongan 1 di Kejuron Kalibawang, Donomulyo dan sebagian Penjalin. Tapi, sekarang saluran sudah berfungsi," kata Kuntarso. (*)
      Baca juga: BMKG: DIY memasuki awal musim kemarau