Yogyakarta, (Antara Jogja) - Sebanyak 20 alat pengolah limbah dari Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta segera didistribusikan ke tempat usaha "laundry" di wilayah tersebut sebagai salah satu upaya mengurangi pencemaran lingkungan.
"Peralatan pengolah limbah untuk `laundry` sedang dalam proses pembuatan. Kami membuatnya dari bahan `fiberglass`," kata Kepala Sub Bidang Pemulihan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta Peter Lawoasal di Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, distribusi peralatan pengolah limbah ke "laundry" sudah dilakukan sejak tahun lalu dan hanya diberikan ke tempat usaha "laundry" yang memiliki izin.
Berdasarkan data, terdapat sekitar 400 tempat usaha jasa pencucian pakaian di Kota Yogyakarta, namun baru 80 tempat usaha yang memiliki izin.
"Kami hanya akan pilih tempat usaha yang berizin. Ini sekaligus sebagai apresiasi pemerintah karena tempat usaha tersebut sudah mengikuti aturan. Peralatan itu akan dipinjampakaikan," katanya.
Oleh karena itu, lanjut dia, jika usaha jasa pencucian pakaian tersebut tutup atau mengalihkan usahanya ke jenis lain, maka peralatan bisa diambil kembali dan dipinjamkan ke usaha "laundry" lain yang sudah berizin.
Pada tahun sebelumnya, peralatan pengolahan limbah tidak terbuat dari "fiberglass" tetapi dibuat dengan menggunakan campuran bata dan semen atau semacam tembok. "Tetapi, peralatan tersebut justru mudah rusak sehingga diubah menjadi `fiberglass`," katanya.
Limbah yang dihasilkan usaha jasa pencucian pakaian mengandung detergen, fosfat serta lemak. Cairan yang dikeluarkan oleh mesin cuci akan langsung ditampung di sebuah wadah untuk disaring secara bertingkat sehingga kandungan yang terdapat dalam limbah berkurang.
Limbah mesin cuci yang tidak disaring mengandung detergen sekitar 300.000 miugram per liter dan setelah melalui proses penyaringan bisa berkurang menjadi 24.000 miugram per liter.
"Dengan demikian, cairan yang nanti keluar ke lingkungan bisa lebih memenuhi baku mutu," katanya yang meminta pemilik jasa pencucian pakaian rajin membersihkan penyaring dalam peralatan pengolah limbahnya.
Detergen dan fosfat yang dihasilkan bisa digunakan menjadi pupuk, sedangkan lemak yang tertangkap bisa dijual kembali.
Pada 2016, Peter mengatakan akan membuat peralatan pengolah limbah dalam ukuran lebih besar. Saat ini, peralatan yang diberikan hanya ditujukan untuk usaha "laundry" skala kecil dengan dua atau tiga mesin cuci ukuran standar.
"Nantinya, kami berharap bisa menyasar usaha jasa pencucian mobil dan motor. Jumlahnya di Kota Yogyakarta cukup banyak dan menjadi perhatian kami agar limbah yang dihasilkan tidak dibuang sembarangan karena bisa mencemari lingkungan," katanya. ***4***
(E013)
Berita Lainnya
Mahasiswa UGM mengolah limbah styrofoam menjadi penyerap limbah laundry
Selasa, 23 Agustus 2022 23:21 Wib
Mesin "laundry" Kanaba dipasarkan hingga Timor Leste
Sabtu, 7 April 2018 0:24 Wib
Jasa laundry meningkat
Kamis, 10 Januari 2013 15:39 Wib
Bantul kaji pengelolaan limbah usaha laundry
Selasa, 11 April 2017 12:29 Wib
Menteri Susi: terapkan sertifikasi cegah "Fish Laundry"
Selasa, 21 Juni 2016 14:47 Wib
Pemkab harapkan pengusaha "laundry" mengurus izin usaha
Minggu, 8 November 2015 20:53 Wib
Pemkab Gunung Kidul tertibkan jasa cuci pakaian
Jumat, 22 Mei 2015 20:44 Wib
BLH siapkan 20 alat kurangi limbah "laundry"
Minggu, 12 April 2015 16:54 Wib