Yogyakarta (Antara Jogja)- Kemacetan yang mulai sering terjadi di berbagai titik jalan di Yogyakarta akan memengaruhi produktivitas masyarakat di daerah itu, kata Ketua Lembaga Konsumen Yogyakarta Widijantoro.
"Kita lihat saja dari sisi waktu, apa yang bisa dihasilkan akan lebih sedikit dibanding kalau tidak macet. Biaya transportasi juga akan lebih besar," kata Widijantoro di Yogyakarta, Rabu.
Terkait dampak penurunan pendapatan akibat kemacetan, ia mencontohkan seperti halnya yang terjadi pada jasa biro perjalanan wisata.
"Misalnya jasa wisata dalam satu hari harus menargetkan tiga tujuan wisata, karena kemacetan harus mengurangi destinasi wisatanya," kata dia.
Menyikapi fenomena itu, menurut dia, Pemerintah Kota Yogyakarta bersama Pemerintah DIY harus segera melakukan pembenahan. Pembenahan baik dalam aspek penyediaan kenyamanan sarana transportasi publik maupun penambahan kantong parkir.
"Transportasi publik agar betul-betul dibenahi dan trayeknya juga diperbanyak sehingga masyarakat mau beralih dari kendaraan pribadinya. Hal itu akan sedikit menekan jumlah kendaraan di jalan,"kata dia.
Secara khusus ia juga meminta agar rencana pemerintah untuk menjadikan Malioboro sebagai kawasan pedestrian segera direalisasikan guna mengurai kemacetan di kawasan itu.
"Kami mendorong agar secepatnya bisa direalisasikan. Karena dengan kemacetan yang sering terjadi akan berdampak pada turunnya tingkat kunjungan serta pendapatan pedagang di kawasan Malioboro,"kata dia.
Sementara itu, peneliti dari Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada (UGM), Joewono Soemardjito mengatakan jumlah kendaraan akan terus bertambah di Yogyakarta.
Realitas itu didorong oleh jumlah pendatang maupun kesejahteraan atau perekonomian masyarakat yang terus tumbuh.
"Bertambahnya jumlah kendaraan pribadi di Yogyakarta tidak akan bisa dihindari, selain sebagai kota wisata dan pendidikan, tingkat perekonomian juga akan menjadi pemicunya,"kata dia.
Melihat kenyataan itu, menurut Joewono, untuk mengurai kemacetan, kesadaraan masyarakat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi harus dimunculkan terlebih dahulu.
Selain itu, juga ditunjang dengan sarana pendukung seperti penambahan kantong-kantong parkir di perbatasan kota oleh pemerintah.
"Selain kantong parkir di perbatasan kota, transportasi publik khusus wisata juga pernah diusulkan kepada pemerintah daerah setempat, namun memang belum diimplementasikan,"kata dia.
Sebelumnya Kepala Bidang Pengendalian Operasional dan Bimbingan Keselamatan Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta Sugeng Sanyoto mengatakan, di Kota Yogyakarta terdapat 60 simpang dan setengahnya berpotensi macet.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi kepadatan arus lalu lintas, menurut dia, adalah dengan menyiagakan petugas di persimpangan jalan rawan macet.
Menurut dia jumlah petugas yang dibutuhkan untuk membantu mengurai kepadatan di persimpangan rawan macet adalah 40 orang dan saat ini hanya ada 13 petugas di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta. (KR-LQH)
Berita Lainnya
Kenaikan suku bunga pilihan paling aman di RI
Kamis, 25 April 2024 7:28 Wib
"Delay system" urai kemacetan menuju Pelabuhan Merak
Sabtu, 6 April 2024 17:01 Wib
Menhub: Tradisi balon udara diawasi ketat
Minggu, 31 Maret 2024 20:24 Wib
Pengamat Kepolisian: Arogansi personel Polri tidak bisa dibiarkan
Selasa, 26 Maret 2024 13:09 Wib
Tujuh tol alternatif gratis disiapkan jika mudik Lebaran 2024 macet
Selasa, 26 Maret 2024 6:22 Wib
OJK dalami kredit macet Investree
Sabtu, 17 Februari 2024 17:12 Wib
Mahfud hapus kredit macet petani-nelayan Indonesia
Jumat, 26 Januari 2024 2:20 Wib
Acara HUT, PDIP minta maaf jika Lenteng Agung Jakarta macet
Rabu, 10 Januari 2024 8:47 Wib