Tim simpulkan tulang tamanan bukan hewan purba

id tulang tanaman

Bantul (Antara Jogja) - Tim peninjau dari Balai Pelestarian Benda Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta menyimpulkan bahwa tulang yang ditemukan warga Desa Tamanan, Kabupaten Bantul, bukan merupakan hewan yang berasal dari zaman purba.

"Itu tulangnya masih muda, apalagi kedalamannya hanya satu meter, dan berdasarkan hasil diskusi sudah menyimpulkan bahwa itu bukan dari zaman purba," kata Ketua Tim Peninjauan penemuan tulang Indarti Nur Widayati usai meninjau di Bantul, Jumat.

Namun demikian, kata dia tulang hewan tersebut positif kuda, karena berdasarkan pengamanan pada foto dan hasil diskusi dengan Tim BPBCB (Balai Pelestarian Benda Cagar Budaya) DIY menyimpulkan bahwa mulut hewan tersebut melebar sama persis seperti kuda.

Menurut dia, awalnya orang yang menemukan dan warga setempat menduga tulang belulang hewan itu berasal dari zaman purba, karena warga melihatnya dari samping atas sehingga terlihat lancip seperti kepala burung yang ada pada zaman purba.

"Kami memang telah memeriksa tulang-tulang tersebut, namun dapat disimpulkan bukan berasal dari zaman purba, kami rasa tidak perlu tes laboratorium," katanya.

Tulang belulang tersebut pertama kali ditemukan Alif Diyono, warga Tamanan yang sedang membuat fondasi rumah milik Dwi Widagdo pada Kamis (17/7) siang, tulang tersebut ditemukan pada kedalaman sekitar satu meter, dan awalnya dirinya mengira tulang manusia.

"Niat saya tulang-tulangnya mau saya kumpulkan, kalau memang tulang manusia ya akan saya kuburkan sebagaimana mestinya," katanya.

Namun demikian, karena penasaran dirinya terus menggali tanah di sekitar penemuan tulang itu, bahkan tanpa diduga menemukan rangka kepala dan badan hewan tersebut, atas temuan ini kemudian melaporkan kejadian itu kepada salah satu tetangga.

"Saya belum dapat memprediksi ini hewan apa, kalau kuda atau kerbau beda banget karena lehernya jenjang, yang ini (tulang) giginya juga bertaring," katanya.

Sementara pemilik rumah Dwi Widagdo, juga tidak dapat memprediksi apa hewan tersebut, namun sejauh yang ia tahu, ayahnya yang sudah almarhum pernah memelihara sapi dan kerbau, namun peliharaan tersebut tidak mati dan tidak dikuburkan di depan rumah.

"Kepala hewan ini tidak menghadap utara yang kemungkinan mati sendiri, karena kalau orang yang mengubur pasti kepalanya menghadap ke utara, mau apapun itu, akan tetapi ini menghadap ke selatan," katanya.

(KR-HRI)