Kulon Propo kembangkan sentra ikan di Nanggulan

id budidaya ikan

Kulon Propo kembangkan sentra ikan di Nanggulan

Budidaya benih ikan di kolam terpal (Foto ANTARA/Sidik)

Kulon Progo (Antaranews Jogja) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengembangkan sentara produksi budi daya perikanan di Kecamatan Wates dan Nanggulan sebagai untuk mencukupi kebutuhan ikan di wilayah ini.
     
"Kulon Progo  memiliki budi daya ikan didaratan yang bertempat di Triharjo, Kecamatan ates dan Nanggulan," kata Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo di Kulon Progo, Rabu.
     
Ia mengatakan produksi budi daya ikan, seperti nila, gurami, dam lele di wilayah ini mampu memenuhi kebutuhan ikan di wilayah ini dan mensuplai DIY. Sehingga Pemkab Kulon Progo, melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) mendorong masyarakat melakukan budi daya ikan.
     
"Kami mendorong masyaratakat mengembangkan budi daya ikan berbasis kawasan supaya mudah dalam manajemen, pengawasan dan pendampingan," katanya.
     
Sementara itu, Kepala DKP Kulon Progo Sudarna mengatakan potensi perikanan budi daya di Kulon Progo ditunjukkan dengan adanya jumlah pokdakan dengan total 354 kelompok, 169 kelompok pemula, 160 kelompok madya dan 25 kelompok utama.
     
Dari beberapa kelompok tersebut, sudah terbentuk adanya sentra budi daya perikanan. Pengembangan sentra budi daya ini dilakukan pula oleh DKP Kabupaten Kulon Progo dengan mengembangkan konsep Kawasan Sentra Produksi Perikanan (KSPP) di Desa Triharjo Kecamatan Wates dengan nama KSPP Mino Harjo Manunggal.
     
"Di KSPP tersebut terdapat kolam dari 12 kelompok dengan luasan 1,25 hektare. Dinas Kelautan dan Perikanan juga mengupayakan kegiatan budi daya ikan yang baik (CBIB) dan perbenihan ikan yang baik (CPIB)," katanya.
     
Ia mengatakan 3 tahun lalu, DKP membuat program perikanan budi daya tersebar kecil-kecil, sekarang dikonsentrasikan pada titik tertentu yang potensial untuk pengembangan.
     
"Harapan kami dengan pengembangan kawasan sentra produksi budi daya perikanan menjadi skala usaha," ungkapnya.
     
Dia menjelaskan lokasi kawasan sentra produksi perikanan di Wates selaus 1,3 hektare sudah terbangun. Dia memerinci minimal mampu memproduksi 800 kg per hari, baru disebut kawasan produksi lele dalam kawasan tertentu.
     
Kalau ikan gurami memproduksi 600 kg per bulan, kemudian nila 10 ton per siklus karena mengarah pada mina padi. "Program pengembangan kawasan sentra produksi perikanan sudah berjalan 2 tahun," ucapnya.
     
Leo mengutarakan pengembangan kawasan sentra produksi perikanan tidak memerlukan lahan yang luas. Namun, perlu adanya peningkatan daya produktivitas dengan padat tebar. Saat ini, produktivitas ikan budi daya masih rendah. Saat ini, pembudi daya hanya menenar 100 sampai 150 ekor per meter kubik.
   
 "Kami menaikan pada kepadatan tinggi. Pada 2018 ini, kami akan melakukan uji coba di Kranggan sebanyak 48 kolam dengan kepadatan 500 ekor per meter," lanjut Leo.