Wisata selam Sabang menggeliat

id Aceh,Sabang,Wisata Selam,Diving,Wisatawan,Pemprov Aceh,Geliat Wisata Selam Sabang,Kemenparekraf

Wisata selam Sabang menggeliat

Seorang penyelam mengamati gunung api bawah laut (Hydrothermal) di kawasan laut Desa Sirui, Kota Sabang, Aceh, Minggu (19/3/2023). ANTARA/Khalis Surry

Banda Aceh (ANTARA) - Gelembung-gelembung udara keluar dari celah dasar laut berpasir di kedalaman sekitar 10 meter. Terdapat puluhan bahkan ratusan titik celah dasar laut dengan ukuran bervariasi, yang terus mengeluarkan gelembung udara tanpa henti.

Saat mendekat ke pasir, suhu air begitu terasa hangat. Banyak penyelam melakukan penyelaman di daerah itu hanya untuk membunuh rasa penasaran sekaligus ingin berdiam diri di dasar laut. Menikmati kehangatan, layaknya mandi di kolam air panas.

Tempat itu merupakan salah satu lokasi menyelam (diving) atau dive site dari total 22 dive site di Kota Sabang, Aceh. Daerah ini terkenal dengan sebutan gunung api bawah laut atau underwater vulcano yang terletak di wilayah Pria Laot, Desa Sirui, Sabang.

“Ini salah satu dive site favorit wisatawan dari dalam negeri maupun mancanegara,” kata Pengelola Pusat Selam Rubiah Tirta Divers (RTD) Isfan Dodent.

Gelembung-gelembung yang keluar dari celah dasar laut menjadi penanda bahwa Gunung Api Bawah Laut Sabang masih aktif. Aktivitas panas Bumi di Pulau Weh itu tidak hanya di laut, tapi juga di darat yang dikenal dengan Gunung Api Jaboi, dan masih aktif hingga sekarang.

Sabang terletak paling ujung barat Indonesia. Pulau ini memang terkenal dengan wisata bahari. Kekayaan bawah laut ini pula yang menjadi daya tarik banyak wisatawan domestik maupun mancanegara berbondong-bondong menyambangi Sabang.

Sejak pandemi COVID-19 merebak pada 2020, pariwisata Sabang lumpuh. Tak ada kunjungan wisatawan. Pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk memperketat pergerakan penduduk guna membendung laju penyebaran kasus COVID-19.

Banyak sektor terdampak. Tidak hanya sisi kesehatan, namun juga sektor ekonomi masyarakat, mulai dari berbagai industri, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) hingga pariwisata.

Namun, bisnis wisata menyelam di Pulau Weh Sabang kini mulai berdenyut lagi setelah 3 tahun terkurung pandemi. Saban hari makin banyak didatangi wisatawan lokal maupun asing untuk menyelam, menyapa keanekaragaman biota laut Sabang.

“Kita mulai perdana menerima tamu diving luar negeri pada 22 Desember 2022, sebelumnya hanya satu atau dua divers (penyelam) lokal,” kata Isfan Dodent.

Medio 2022, pemerintah memberi keleluasaan bagi masyarakat untuk mudik dan bepergian sehingga banyak warga masyarakat mengunjungi lokasi wisata, namun dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Pada Oktober 2022, Pemerintah Aceh juga membuka kembali penerbangan Aceh - Kuala Lumpur, melalui Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) Aceh Besar sehingga makin banyak turis asing yang menyambangi provinsi berjulukan Tanah Rencong itu.


 
Penyelam menikmati keindahan bawah laut di kawasan Batee Tokong, Kota Sabang, Aceh, Minggu (19/3/2023). ANTARA /HO-Rubiah Tirta Divers.


Pusat selam pertama

Rubiah Tirta Divers merupakan pusat selam pertama di Sabang, yang berdiri pada tahun 1986. Saat itu masih bernama Stingray Dive Centre. Dari di situ, wisata selam terus tumbuh dan berkembang di wilayah Pulau Weh.

Stingray Dive Centre didirikan oleh Mahyiddin Dodent. Belakangan, sosok ini menerima penghargaan Kalpataru sebagai perintis lingkungan hidup dari Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono pada 2010.

Saat awal membangun pusat selam, Dodent—sapaan akrab Mahyiddin—berbekal tiga tabung oksigen dan masih menempati salah satu ruang bangunan sekolah kawasan Iboih.

Seiring berjalan waktu, Dodent kerap membawa tamu asing untuk menyelam. Pusat selam ini terus berkembang. Dari tiga tabung menjadi 10 tabung, hingga memiliki 15 tabung pada 1989. Bahkan, sudah memiliki bangunan sendiri di lokasi yang ditempati hingga sekarang.

Dodent terus berinovasi untuk dunia selam bisa tumbuh di Sabang. Pada 1992, pria tertubuh tegap itu membuka kelas belajar selam untuk angkatan pertama Stingrey Dive Centre.

Baru pada 1999, pusat selam ini berubah nama menjadi Rubiah Tirta Divers. Dan, kelas belajar selam tersebut masih bertahan hingga sekarang.


Dukungan

Penjabat Wali Kota Sabang Reza Fahlevi menyebut Sabang memang terkenal dengan bawah laut yang merupakan potensi wisata kelas dunia. Sebab itu, pelestarian terumbu karang masih harus terus dilakukan secara berkelanjutan.

Menurutnya, wisata diving Sabang sudah kembali tumbuh di pulau paling barat Indonesia itu pasca-pandemi. Apalagi dengan dibukanya penerbangan internasional Banda Aceh - Kuala Lumpur, yang menyiapkan pintu bagi turis asing untuk kembali bisa menyelam di Pulau Weh.

“Jadi diving itu punya wisatawan setia, yang sudah pernah datang, ya datang lagi, untuk cari tempat-tempat menyelam baru,” kata Reza.






 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Geliat wisata selam Sabang usai terkurung pandemi