Warga Miliran protes ke Fave Hotel

id hotel

Warga Miliran protes ke Fave Hotel

Ilustrasi (Foto antaranews.com)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Seorang warga Miliran, Kelurahan Muja Muju, Kota Yogyakarta, melakukan aksi teatrikal sebagai bentuk protes kepada manajemen Fave Hotel karena dianggap menjadi penyebab keringnya sumur warga sekitar.

"Aksi ini sengaja digelar dengan mandi tanah, karena tidak ada lagi air di sumur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," kata pelaku aksi teatrikal Dodo Putra Bangsa di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, Miliran adalah wilayah yang kaya dengan sumber daya air, dan menjadi salah satu wilayah di Kota Yogyakarta yang tidak pernah mengalami kekeringan meskipun musim kemarau.

Dodo yang tinggal 35 meter di utara hotel itu menyebutkan selama lebih dari 37 tahun dirinya tinggal di wilayah Miliran, baru tahun ini sumur warga mengering.

"Saat kemarau, ada saatnya air sumur turun, namun ditunggu lima hingga 10 menit pasti sudah terisi kembali. Tetapi pada tahun ini tidak. Kekeringan sudah mulai terjadi sejak bulan puasa," katanya.

Saat ini, kata dia, banyak warga yang beralih menggunakan air dari PDAM Tirtamarta, atau menggunakan air bersama-sama dengan warga yang sumurnya tidak kering.

Dodo mengaku tidak memiliki data pasti jumlah sumur warga di Miliran yang kering. "Belum ada data pasti, tetapi saya juga mendengar sumur warga di perumahan utara hotel sudah mengering sejak dua bulan terakhir," katanya.

Ia mengatakan warga sudah berusaha menyampaikan kondisi tersebut ke manajemen hotel, namun belum memperoleh tanggapan apa pun.

"Kami berharap, sumber air di wilayah ini bisa kembali seperti semula. Sesuai UUD 1945, kekayaan alam bisa dinikmati oleh seluruh warga negara," kata Dodo.

Sementara itu, Manajer Fave Hotel Yosi Arvianto mengatakan sumber air yang digunakan untuk operasional hotel berasal dari sumur dalam, dengan kedalaman 80 meter.

"Sudah ada izin untuk pengeboran sumur dalam dari instansi pemerintah. Kami pun sudah melakukan sosialisasi ke warga dan mengecek semua kondisi sumur saat hotel mengambil air dari sumur dalam," katanya.

Sejak hotel beroperasi pada 2012, Yosi mengatakan baru kali ini memperoleh keluhan dari warga terkait sumur yang mengering.

"Kami sudah berkomunikasi dengan rukun tetangga (RT) sebagai perwakilan warga. Namun, sampai saat ini belum ada keluhan resmi yang diajukan oleh RT 13," katanya.

Pihak hotel, kata dia, juga sudah menanyakan kepada warga tentang bantuan yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi turunnya debit air sumur warga. "Kami akan terus berkomunikasi dengan warga," katanya.

Sementara itu, Koordinator Forum Pemantau Independen (Forpi) Pemerintah Kota Yogyakarta Winarta mengatakan sudah melakukan pengecekan dan pengumpulan informasi di wilayah setempat.

"Ada beberapa sumur warga yang kering, dan Forpi akan meminta Badan Lingkungan Hidup (BLH) segera melakukan pengecekan di lapangan serta melakukan pengecekan mengenai perizinan hotel di Dinas Perizinan," katanya.

(E013)
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024