Pemkab Kulon Progo diharapkan keruk irigasi dangkal

id Irigasi

Pemkab Kulon Progo diharapkan keruk irigasi dangkal

Ilustrasi- Petani Nanggulan Kulonprogo Pak Taryono(66) sedang mengecek irigasi air dan membersihkan hama rumput yang menganggu area persawahnya di desa Kenteng, Nanggulan, Kulonprogo, Rabu (15/11). Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi meluapnya air

Kulon Progo (Antaranews Jogja) - Camat Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Sudarnanto mengharapkan pemerintah kabupaten melakukan pengerukan sungai-sungai dan jaringan irigasi yang mengalami pendangkalan supaya area persawahan tidak kebanjiran.

Sudarmanto di Kulon Progo, Rabu, mengatakan lahan persawahan seluas 825 hektare di wilayahnya masuk Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), tapi wilayahnya menjadi daerah langganan banjir.

"Panjatan sebagai penghasil pertanian terbesar di Kulon Progo, tapi perhatian pemkab terhadap infrastruktur pertanian masih kurang," kata Sudarmanto.

Menurut dia, lahan pertanian di Panjatan tidak produktif karena kalau ada hujan dengah intensitas tinggi selama dua hari, dipastikan area persawahan dan permukiman warga terendam.

Hal ini karena Panjatan berada di kawasan cekungan dan dataran rendah. Selain itu, dua sungai yang mengapit Panjatan, serta jaringan irigasi mengalami pendangkalan.

"Kami berharap pemkab segera mengambil langkah pembangunan infrastruktur pertanian di Panjatan. Jangan sampai Panjatan sebagai wilayah dengan LP2B terluas, tapi produksi padi sangat rendah," harapnya.

Ketua Komisi III DPRD Kulon Progo Aji Pangaribawa mengatakan saat ini Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) melakukan normalisasi Sungai Gunseiro dari perempatan Nagung ke timur sampai Pulo Pete mutlak dilakukan sehingga daya tampung lebih memadai untuk mencegah potensi banjir.

Banjir rutin terjadi menggenangi persawahan serta pekarangan warga di wilayah Panjatan dan sekitarnya saat musim hujan karena adanya pendangkalan dan rusaknya sejumlah tanggul di sepanjang aliran sungai.

Lebih jauh Aji Pangaribawa menyatakan setidaknya ada sekitar 6 titik jembatan yang perlu ditingkatkan dan didesain ulang.

"Kami minta agar pelaksana proyek mendesain jembatan tidak menggunakan terowongan terpisah karena berpotensi terjadinya sumbatan akibat sampah yang tersangkut di kaki pemisah terowongan," pinta Aji Pangaribawa.

(U.KR-STR)