Bisnis anggrek butuhkan pendekatan bioteknologi, kata peneliti IPB

id Bogor, IPB, anggrek,bisnis anggrek

Bisnis anggrek butuhkan pendekatan bioteknologi, kata peneliti IPB

Tangkapan layar paparan peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) University Profesor Dewi Sukma mengenai anggrek saat pra orasi ilmiah secara daring, Kamis (27/7/2023). (ANTARA/Linna Susanti)

Kota Bogor (ANTARA) - Peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) University Profesor Dewi Sukma mengungkapkan dari hasil penelitian potensi pengembangan bisnis tanaman anggrek di Indonesia memerlukan konsentrasi bioteknologi dalam pemuliaan sehingga menghasilkan kualitas dan jumlah yang memenuhi kebutuhan pasar.

Profesor Dewi Sukma saat praorasi ilmiah secara daring, Kamis, mengatakan bahwa pendekatan bioteknologi sangat diperlukan dalam mendukung pemuliaan anggrek, sebab perbanyakan anggrek dari penyemaian benih hingga pembesaran bibit membutuhkan laboratorium kultur jaringan in vitro. Hal itu karena anggrek memiliki embrio yang tidak memiliki endosperm.

"Perkecambahan biji anggrek di alam membutuhkan bantuan mikroba simbiotik. Media kultur jaringan in vitro di laboratorium dapat menggantikan peran mikroba simbiotik bahkan meningkatkan keberhasilan perkecambahan," katanya.

Profesor Dewi menyampaikan optimasi media perkecambahan benih di laboratorium untuk Phalaenopsis sudah dilakukan sehingga dapat mendorong perkecambahan dan pertumbuhan bibit menjadi lebih baik untuk menghasilkan bibit bermutu. Berbagai pendekatan lain melalui bioteknologi tanaman dapat dilakukan untuk mendukung pengembangan anggrek.

Anggrek (Orchidaceae) merupakan salah satu famili tanaman hias terbesar di dunia tumbuhan yang memiliki karakter yang sangat bervariasi dan bernilai ekonomi tinggi.

Diperkirakan jumlah spesies dalam famili Orchidaceae mencapai sekitar 30,000 spesies, lebih dari 29,000 spesies sudah didaftarkan di Royal Society Horticulture (RHS) Sekitar 5,000 spesies anggrek. Ribuan spesies itu diperkirakan juga tersebar di wilayah Indonesia.

Nilai bisnis anggrek dunia pada tahun 2020 sekitar 5 juta USD dan diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 7 juta USD pada tahun 2027 dengan peningkatan CAGR 2021-2027sebesar 4.67 persen.

Meskipun Indonesia memiliki kekayaan plasma nutfah anggrek yang tinggi, ternyata impor anggrek Indonesia hingga tahun 2019 cenderung meningkat, terutama impor dalam bentuk tanaman, mencapai 2 juta USD pada tahun 2019. Hal ini menunjukkan peluang pasar anggrek dalam negeri cukup tinggi dan belum dapat dipenuhi dari produsen dalam negeri.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: IPB ungkap potensi bisnis anggrek perlu pendekatan bioteknologi
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024